Yang Lebih Nyesek Dari Perang Rusia-Ukraina Adalah Perang Batin Saat Musim Mudik Nanti

Hal-hal yang bikin nyesek dalam hidup ini kerap dekat dengan keseharian kita. Mulai dari yang sederhana kayak udah ikut wawancara kerja tahap dua dan hasilnya akan diinfokan dalam tiga hari namun akhirnya dighosting selama sebulan untuk kemudian mendapatkan informasi bahwa kita tidak diterima bekerja.

Atau ketika kita sedang mood-mood nya merampungkan kerjaan. Berasa lagi dapat suntikan motivasi ekstra untuk betah lama-lama didepan PC sampai tiba-tiba listrik padam dan semua kerjaan itu belum ada yang di save. Nah lo, nyesek nggak bacanya? Mungkin kamu bisa nambahin contohnya kayak ditinggal mantan nikah padahal kamu sama dia udah serius buat prepare pernikahan kalian. Itu kalau kamu mau nambahin ya. Aku enggak.

Anyway, yang tadi itu baru contoh personal yang biasa dialami sama banyak orang. Gara-gara banyak hal yang bikin nyesek Itu mungkin jadi alasan Idgitaf menulis lirik takut tambah dewasa di lagunya. Buktinya lagunya banyak yang denger, kan? itu artinya emang hidup sebagai orang dewasa banyak nyeseknya sampai-sampai dia sendiri takut.

Sebenarnya perasaan nyesek itu bisa dialami siapapun tanpa pandang status, umur, gender, apalagi jabatan. Misalnya yang baru-baru ini jadi bahan pemberitaan media yang bikin banyak sponsornya mengalir karena mendulang traffic, apalagi kalau bukan pecahnya konflik antara Rusia dengan Ukraina.

Situasi konflik antara Rusia versus Ukraina hingga saat ini bisa dikatakan pelik. Pemberitaan tentang serangan yang terus menerus dilancarkan militer kedua negara kian mencekam dan tak berkesudahan. Seakan ingin menunjukkan pada dunia siapa yang lebih kuat diantara keduanya.

Konflik ini bermula dari kedekatan Ukraina yang mengubah pandangan politiknya untuk lebih berpihak pada barat. Padahal awalnya, Ukraina dan Rusia masih kompak. Kondisi tersebut semakin diperparah saat presiden Ukraina yang sekarang berencana untuk bergabung menjadi anggota NATO. Inilah yang membuat presiden Rusia berang karena merasa hal tersebut akan mengancam posisi Rusia. Hingga akhirnya hubungan antara kedua negara tersebut pun memanas. Puncak dari ketegangan kedua negara dan perasaan nyesek yang dialami presiden Putin pun terjadi pada Kamis 24 Februaeri 2022 yang lalu. Serangan Rusia kemudian dimulai dengan ledakan di sejumlah kota di Ukraina, termasuk Kyiv, Odessa, Kharkiv dan Mariupol.

Akibat serangan itu, tentunya banyak orang di Ukraina yang dibuat merasa nyesek. Termasuk yang sangat nyesek diantara yang lain adalah presiden Ukraina sendiri, Volodymyr Zelenskyy Zelenskyy sendiri pun tambah nelangsa akibat merasa tidak ada pihak yang mau memberikan dukungan untuk negaranya menghadapi serangan Rusia. Bahkan ia berulang kali berbicara dengan nada emosional bahwa ia dan negaranya merasa telah dibiarkan untuk berperang sendirian melawan Rusia.

Memang, banyak negara yang mengecam aksi yang dilakukan Rusia tersebut. Bahkan tak terhitung banyaknya sanksi internasional yang didapat oleh Rusia. Sanksi-sanksi tersebut beragam mulai dari larangan investasi hingga pembekuan aset. Sanksi ini dijatuhkan untuk memperingatkan Rusia agar tidak melanjutkan invasi semakin jauh.

Akibat sanksi Rusia ini, banyak pihak yang tentunya terdampak, seperti para konglomerat Rusia, perusahaan, hingga klub bola sekelas Chelsea pun ikut kena imbasnya. Dikabarkan bahwa klub bola tersohor ini merupakan salah satu aset milik orang kaya Rusia yang dibekukan oleh pemerintah Inggris. Entah ya, mungkin ini pun akan berdampak pada tidak munculnya lagi Chelsea di deretan klub-klub mentereng yang jadi langganan gamers buat adu skill di PES versi teranyar.

Nasib para pemain dan para staff pun akan menjadi pertanyaan besar di jagat sepak bola. Apakah mereka semua akan bubar dan tidak lagi mengenakan seragam biru kebanggaannnya, lalu memilih mudik, pulang ke kampung halaman masing-masing sambil menunggu tawaran dari klub lain. Kalau memang seperti itu yang akan terjadi, setidaknya momen mudik mereka tidak akan dibebani oleh hal-hal yang bikin tambah nyesek kayak yang sering terjadi di negara tercinta kita ini.

Bulan Ramadhan sudah tinggal hitungan hari, iklan marjan pun beberapa saat lagi siap menghiasi layar kaca dan produknya akan mampang di supermarket-supermarket kesayangan. Kita akan disibukkan oleh berbagai persiapan menyambut Ramadhan, serta merayakan hari raya lebaran. Sebagian orang mungkin sudah mempersiapkan mudik jauh-jauh hari. Meski tidak bisa dipastikan apakah tahun ini pemerintah membolehkan masyarakat untuk mudik atau tidak seperti beberapa tahun belakangan.

Tradisi mudik memang sudah menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Indonesia. Tradisi tersebut merupakan momen berharga yang sangat dinanti-nantikan untuk berkumpul bersama keluarga besar, saling silaturahmi, dan bertukar cerita. Hanya saja ada beberapa orang yang akan ikut merasa nyesek bahkan dengan hanya mengingat waktu mudik sudah dekat. Mereka akan menghela napas dalam-dalam dan mencoba untuk tampak tegar menyambut musim mudik.

Kelompok pertama yang kerap kali merasa mudik adalah momen yang bikin nyesek ialah mahasiswa perantauan tingkat akhir yang sebenarnya sudah ngajuin skripsi tapi judulnya bolak-balik ditolak. Pertanyaan-pertanyaan klise namun mematikan mental yang biasa mereka hadapi diantaranya ialah : "Kapan Wisuda?" "Skripsinya sudah sampai mana?" yang diantara maksudnya adalah membanding-bandingkan dirinya dengan sanak saudara lain yang kebetulan lebih beruntung dibanding dirinya dalam hal akademik. Hal-hal yang bikin nyesek seperti inilah yang bikin mereka biasanya merasa ogah-ogahan buat mudik.

Kelompok kedua yang juga tak luput dari hal nyesek saat masuk musim mudik adalah mereka yang sudah lulus kuliah, sudah bekerja, namun masih berstatus single. Apalagi jika mereka perempuan. Momen mudik akan menjadi saat bagi mereka berulang kali memasang tampang manis palsu ketika ditanya "Kapan nikah?" satu pertanyaan tapi datang dari mana-mana. Diantara maksud pertanyaan tersebut juga sama, membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain seusianya yang telah lebih dahulu melepas status lajang, bahkan secara nggak langsung akan memojokkannya. Diperingatkan soal kodratlah, soal ingat umurlah, soal jangan terlalu pemilih lah, sampai soal dikira punya kelainan. Memang penyampaiannya bisa bercanda, tapi jangan dipikir itu rasanya nggak nyesek. Itu beneran bikin orang kena mental.

Dan Kelompok terakhir yang akan merasa nyesek saat masuk musim mudik adalah mereka yang sudah lulus kuliah, sudah bekerja, sudah menikah, tapi belum punya momongan. Untuk yang satu ini memang cenderung sensitif soal momongan. Terlebih ketika ini menyangkut dua orang yang memilih untuk hidup bersama. Nggak terbayang aja rasanya kalau selama ini dia sudah kuliah bagus-bagus, lulus tepat waktu, cari kerja yang bonafit, dan menikah dengan orang yang dicintai. Tapi seakan memang nasib buruk tengah mengintainya dan semua itu diakumulasi dalam sebuah pertanyaan "Kapan punya anak?" singkat, padat, dan membungkam. Siapa coba yang tahu jawabannya? Belum lagi kalau tak kunjung dikaruniainya mereka dengan momongan disangkut pautkan dengan cibiran-cibiran ala bercanda. "Makanya jangan sibuk kerja terus" "Emangnya mau nunggu sampai se-kaya apa baru mau punya anak?" "Nggak takut apa telat punya anak nanti malah gimana-gimana?" Duh gusti, kami ini cuma pengen hidup tenang aja kok ya susah sih?