Cerita Di Humas Jogja : Merajut Solidaritas Kaum Muda

Di hari ke sekian penulis melakukan PPL penulis mendapatkan tugas untuk melakukan liputan dalam kegiatan Dialog Budaya & Gelar Seni dengan tema “Yogya Semesta” kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang sudah berjalan ke-112 kalinya di Bangsal Kepatihan, Komplek Kepatihan, Yogyakarta.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan oleh pemerintah Jogja untuk bisa dekat dengan masyarakat. Malam itu membuat semakin istimewa karena disatukan dengan peringatan Sumpah Pemuda dan penggalangan dana bagi korban bencana Palu, Donggala dan Sigi.

Acara tersebut mengambil tema Merajut Solidaritas Kaum Muda, kegiatan ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) DIY.

Nara sumber yang dihadirkan saat itu adalah Ir Jacky Latuperissa (pemuka masyarakat Maluku di DIY & Ketua Perkumpulan Alumni Universitas Proklamasi ’45 Yogyakarta), Victor Rumere SE MEc (kandidat doktor FEB-UGM asal Papua) dan Suleman SIP selaku Koordinator Informasi, Advokasi dan Media Massa Posko Peduli Sulteng Jogja. Pengantar dialog diberikan oleh Kapolda DIY Brigjen (Pol) Drs. Ahmad Dofiri M.Si. dan Komandan Korem 072 Pamungkas Brigjen (TNI) M Zamroni serta Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono M Eng D Eng.

Brigjen Ahmad Dofiri saat itu mengingatkan tantangan era sekarang semakin berat dibanding masa-masa sebelumnya. Ia mengutip kata-kata Bung Karno, ''Tantangan pada zamanku lebih mudah untuk melawan penjajah, tantangan ke depan lebih sulit karena yang dihadapi adalah bangsamu sendiri.''

Forum itu juga mendiskusikan mengenai solidaritas pemuda terkait gempa Palu. Hal yang dibahas antara lain bagaimana mempersatukan pemuda-pemudi mahasiswa di Jogja dengan cara mengundang IKPMD seluruh Indonesia yang ada di DIY untuk memunculkan rasa persatuan dan kesatuan terkait bencana di Palu.

Selain itu, Jogja diumpamakan rumah besar yang didiami berbagai etnis. Penghuninya, satu sama lain, harus memiliki sikap mutual-understanding, mutual trust, mutual-respect. Rumah harus dijaga bersama sebagai tempat berbagi suka dan duka. Di sisi lain, akulturasi budaya antar etnis adalah layaknya pernikahan: perbedaan yang melebur menjadi satu karena saling memberi dan menerima.

Acara semakin meriah dengan ditampilkannya gelar seni tembang geguritan Satu Nusa Satu Bangsa oleh duet Supri-Livy. Ada pula atraksi khas Aceh yakni Tari Saman oleh Sanggar Seni Taman Pelajar Aceh dan dilengkapi seni tari Bali oleh Asrama “Saraswati”.